11 September 2018 (6 years ago) | Dhamma | 2096 Viewers |
Sudah menjadi kewajiban kita bersama dan tanggungjawab moral untuk melindungi alam dari kemusnahan atau kerusakan, karena alam telah memberikan kehidupan kepada laksaan makhluk dan tidak pernah mengeluh atau pamrih atas pemberiannya. Kasih alam ini disebut kasih alam semesta atau kasih universal, Maitri-Karuna. Makna Maitri itu sendiri bukanlah menjadi milik umat Buddha saja, namun milik semua makhluk di muka bumi ini, beberapa hal yang harus kita ingat dan refleksi diri, yakni ;
1. Sikap Selalu Bersyukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Sikap yang selalu bersyukur dan terima kasih kepada Penguasa Alam semesta itu sendiri, yang kita sebut Tuhan, sikap ini akan selalu menjauhkan diri kita dari kesombongan atau angkuh, pernahkah kita membalas Kasih Tuhan Yang Tiada Tara yang telah menyediakan O2 yang cukup dan sempurna, memberikan peneragan Matahari, memberikan laksaan makanan tetumbuhan dan minuman dari bumi, pernahkah Tuhan dan Alam yang di ciptakanNya menagih besarnya Kasih yang telah diberikan, seperti orang yang masuk rumah sakit harus membayar pemakaian oksigen atau membayar penerang kepada PLN dan membayar air kepada PAM. Semua tidak pernah diperhitungkan oleh PemilikNya Semesta Raya, karenanya kita harus selalu bersyukurlah kepadaNya. Bersyukur berarti kita telah melaksanakan Kasih pertama dalam kehidupan.
2. Mengasihi Alam Semesta Mengasihi Siapa?
Mengasihi alam semesta adalah mengasihi semua makhluk hidup baik yang berenang di air seperti ikan dan udang, yang beterbangan di udara seperti burung, yang berjalan di darat seperti unggas, ayam, kambing, kerbau dan lainnya. Semuanya harus di kasihi seperti saudara sendiri karena semua bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Mengasihi alam semesta dengan makna yang luas adalah mengasihi semua ciptaan Tuhan, sedikitpun tidak boleh terlukai atau menghina ciptaan Tuhan, misalnya ketika kita melihat seseorang cacat di pinggir jalan, meskipun cacat fisiknya tetapi sempurna di mata Tuhan karena Ciptaan Tuhan adalah Maha Sempurna , maka kita tidak berhak menghina atau mengejeknya.
3. Secara Fisik Kebutuhan Manusia Meningkat.
Manusia membutuhkan material seperti sandang, pangan dan papan, juga transportasi dan berbagai kemudahannya, namun diantara kebutuhan tersebut tidaklah boleh saling mencelakai atau berebutan bahkan bertikai untuk sesuatu yang bersifat fisik. Seperti berebut makanan, berebut rezeki atau bertikai karena sang egonya. Semua ini meninggalkan hati kasih seseorang. Haruslah kita maknai bahwa semua kebutuhan material yang dibutuhkan manusia untuk meningkatkan kader spiritualnya, bukan sebaliknya menyebabkan bathinnya justru terperosok dalam lumpur duniawi.
5. Ketergantungan dan Keseimbangan Manusia Dengan Alam Semesta.
Maknai bahwa manusia dan alam adalah satu kesatuan seperti kaki dan tangan atau seluruh anggota badan tidak ada satupun yang tidak berhubungan. Misalnya ketika seseorang sakit gigi, apakah ada hubungannya dengan kaki atau mata, jelas sekali berhubungan erat. Karena sakit gigi menyebabkan matanya letih untuk melihat yang ia sukai atau kakinya pun tidak mau berjalan, ini artinya seluruh anggota badan adalah satu kesatuan. Demikian langit – bumi dan segala isinya termasuk manusia sangat berhubungan erat dan seimbang perputarannya. Maka alam secara harmonisasi bersifat serasi, selaras dan seimbang.
5. Refleksi Hati Nurani, Kekuatan Spiritual Berkontak Dengan Alam.
Kembali ke alam (back to nature) adalah kembali ke perbuatan hati nurani, bagaimana kita merefleksi ke dalam diri yang menjadi kekuatan spiritual untuk selalu memahami alam, bila alam sakit berarti kita ikut sakit. Suatu ketika seorang Guru Spiritual sedang berjalan di pinggir sungai, tanpa disengaja ia terpeleset dan secara reflek iapun menarik rumput dipinggir sungai tersebut sebanyak genggamannya, lalu Guru tersebut berkata dengan kesal bahwa ia telah menyebabkan rumput tersebut tercabut, dan karenanyalah rumput yang indah tersebut rusak. Guru tersebut seketika langsung merefleksi diri dan berkontak dengan alam, karena ia dapat merasakan rumput bagaikan kulit bumi seperti kulitnya yang terkelupas.
6. Alam Sang Pemberi Tanpa Pamrih dan Tanpa Suara.
Ketika saya mengunjungi Taman Apotik Hidup Taman Mini Indonesia Indah tahun 1995, saya melihat di sepotong papan yang hampir rusak, nurani saya tersentuh ketika membacanya dan segera saya tulis dalam buku harian saya, bunyinya : “Bahwa semua padang rumput dan belukar, semua gunung dan bukit merupakan obat yang besar di dunia, hanya kesadaran akan rahasia alamlah yang menjadikan seorang dokter sejati”. Sesungguhnya semua obat-obatan bagaimanapun bagusnya adalah bersumber dari bumi yang menumbuh hidupkannya, daun-daun hijau telah menjadi obat manusia dan hewan sejak jutaan tahun lalu. Ialah sang Pemberi tanpa pamrih, tanpa suara.
7. Alam Sangat Harmonis, Akur, Tidak Pernah Saling Berebut dan Bersaing
Alam sebagai simbol Cinta Kasih yang universal, para Bijaksana dahulu selalu belajar dengan Alam, hidup yang harmonis diantara sesama, selalu akur dan tidak berebut atau bersaing adalah perbuatan yang selaras dengan alam, kemanapun dan dimanapun kita selalu mendapat pengayoman dari alam.
8. Pola Hidup Yang Sesuai Dengan Alam
Berkata, berbuat, berpikir, yang selalu membawa kasih bagi semua makhluk. Kembali kepada sikap dan pola pikiran kita apakah sudah sesuai dengan perbuatan cinta kasih, perbuatan kasih bersumber dari hati kasih, apabila kita peka pada lingkungan dan alam, maka kita akan turut sakit bila melihat alam lingkungan tersakiti, kita akan merasa kotor melihat lingkungan yang kotor, kita tidak akan berpikir untuk mencelakai sesama teman dan saudara. Pola pikir bercinta kasih akan menghilangkan sikap egois, kebencian, ketamakan seseorang, karena ia selalu membawa kabar sukacita untuk setiap orang, ia selalu tersenyum bahagia dan berprilaku kasih.
9. Dengan Kasih (Maitri) Sebagai Lambang Keharmonisan Dunia.
Menghargai setiap kehidupan, mencintai setiap makhluk maka damailah dunia, dunia hanya akan damai, harmonis dan rukun apabila di antara kita memiliki Cinta Kasih ( Metta) untuk selalu menghargai setiap kehidupan, tidak saling membunuh dan bertikai. Mencintai kehidupan adalah mencintai dunia, juga mencintai diri sendiri.
Tekadkanlah diri kita semua untuk mendukung misi Keselamatan dunia, karena keselamatan dunia bermula dari lingkungan global yang baik, suhu bumi yang semakin panas atau pemanasan global (global warming) bermula dari pola atau prilaku kita keseharian yang kurang ramah lingkungan, penyebab utamanya adalah diri kita sendiri bukan orang lain, karenanya marilah kita mulai merubah sikap dan pola hidup kita yang lebih baik.
Semoga damai dan harmonislah dunia, bebas dari segala bencara.
*)Penulis: SONIKA,DOSEN TETAP STAB MAITREYAWIRA
In Memoriam(1) Mengenang Mp.prajnasutta Penyampai “kebenaran Suara Nurani” Umat Manusia20 July 2024 (3 months ago)
|
Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 315 May 2024 (5 months ago)
|
Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 213 May 2024 (5 months ago)
|
Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 111 May 2024 (5 months ago)
|
Dunia Satu Keluarga - Oleh Rida Jelita04 December 2023 (10 months ago) SEMANGAT DUNIA SATU KELUARGA OLEH : RIDA JELITA Berbicara Dunia S... |
Ulambana; Tradisi Ritual Cit Gwee Pua (kisah Bhiksu Mogallana Menolong Ibunya)29 August 2023 (1 year ago)
|
Pahlawan Eco Enzyme Adalah Guru Dhamma “dapur Yang Baik, Bukan Dapur Yang Beracun”.21 July 2023 (1 year ago)
|
Memaknai Tahun Baru Lunar Kalender “imlek” *)25 January 2022 (2 years ago) Makna Perayaan Budaya Tionghoa Dalam sejarah Tionghoa dunia... |
Refleksi Kesadaran Nurani : Kesadaran Bersama Membangkitkan Semangat Kehidupan25 September 2021 (3 years ago)
|
Dengan Kearifan Dan Kasih Menghadapi Pandemi Covid-19 (2)16 July 2021 (3 years ago) DENGAN KEARIFAN DAN KASIH MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 (2) Melaksana... |
Dengan Kearifan Dan Kasih Menghadapi Pandemi Covid-19 (1)16 July 2021 (3 years ago) DENGAN KEARIFAN DAN KASIH MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 (1) Kehidupan m... |
Sebuah Refleksi*) Belajar Dengan Langit-bumi Dan Keteladanan Orang Suci21 April 2021 (3 years ago) Dengan melihat Langit-Bumi kita bisa menjiwai Maha Kasih dan Maha Inda... |
Lima Elemen,lima Budi, Dan Lima Sila Dalam Kehidupan Manusia21 May 2020 (4 years ago) “Lima elemen,Lima Budi ,dan Lima Sila yang bisa di pahami oleh o... |
Renungan Dan Doa Waisak 2564/202007 May 2020 (4 years ago) Namo Sakyamuni Buddhaya Namo Maitreya Buddhaya Salam Kasih dan Keind... |
Refleksi Waisak 2564/202006 May 2020 (4 years ago) Penulis : Sonika, S.E.,S.Ag.,M.Pd., Dosen Tetap STAB Maitreyawira dan ... |
Berkah Waisaka30 May 2019 (5 years ago) Setiap tahun umat Buddha memperingati Tri Suci Waisak dengan penuh hik... |
Bencana Tak Berpintu29 September 2018 (6 years ago) Ibu Pertiwi Berduka, Indonesia benar-benar berduka dengan datangnya be... |
Dhammaniyama Sebagai Fenomena Alam “cosmical Body Of The Lord”29 September 2018 (6 years ago) Kita pernah menyaksikan Gerhana Matahari Total pada 9 Maret 2016... |
Dharma Bagai Cermin Hidup20 September 2018 (6 years ago) “Segala sesuatu adalah tidak kekal. Berusahalah dengan sungguh-s... |