21 April 2021 (3 years ago) | Dhamma | 2835 Viewers |
Dengan melihat Langit-Bumi kita bisa menjiwai Maha Kasih dan Maha Indah Tuhan, Langit-bumi dan segala isinya adalah Karunia berkah Tuhan yang kepada manusia. Langit-bumi adalah simbol alam semesta yang harmonis, tanpa ada langit dan bumi, maka seseorang tidak akan hidup di bumi ini. Dikatakan Langit bagaikan ayah (papa) dan Bumi bagaikan ibu (mama). Dunia mempunyai perspektif kasih alam yang sangat luas, dalam, dan tinggi yang harus dipahami oleh setiap manusia yang berakal budi. Di semesta raya ini semua makhluk manusia, hewan, tumbuhan, dan semua benda tidak lepas dari Maha Kasih dan Maha Indah dari Tuhan Yang Sunya, Mulia, dan Bahagia menjadi sumber dari segala kehidupan.
Kita mempunyai roh kehidupan dari Tuhan, baru bisa hidup di bumi ini, bukan karena kepandaian atau segala kemampuan diri kita bisa hidup dan mempunyai berkah dan keberuntungan ini, tiada kepemilikan ego-diri di bumi ini, semua adalah berkah bersama, milik bersama yang bersumber dari Tuhan Kasih Semesta. Lihatlah laut, samudera, sungai, dan semua hewan yang berenang di air, matahari, bulan, bintang-bintang, dan planet yang bergantungan di angkasa termasuk hewan burung-burung yang berterbangan, gunung, pantai, bukit, lembah, pepohonan, semak belukar, padang pasir, bebatuan, sampai sehelai rumput di pinggir jalan, dan semua hewan yang berjalan di darat termasuk manusia dan semua benda-benda batu, krikil, pasir, mustika, giok, emas, tambang yang tak terbatas di perut dan di atas bumi ini yang maha kasih dan maha indah adalah milik Kesempurnaan dan Kesejatian dari Tuhan Sang Pengasih Universal Semesta.
Setiap saat apakah kita merasakan Maha Kasih dan Maha Indah ini ada dalam tubuh kita, termasuk kita dengan saudara satu keluarga di bumi yang sama sebanyak 8 miliaran umat manusia, berada dalam pemilikan bersama. Sepanjang proses perjuangan hidup manusia, baik yang berkondisi sukses-gagal, maju-mundur, cantik-jelek, untung-rugi, berada dalam kondisi dualisme yang sementara. Langit dan bumi tetap memberikan keuntungan dan kebahagiaan kepada manusia, semua diperlakukan sama. Inilah Maha kasih Tuhan yang sayang kepada ciptaan-Nya, termasuk orang jahat pun mendapatkan keuntungan dari eksistensi langit-bumi, beredarnya surya-rembulan, memberikan sumber oksigen(O2), memberikan keuntungan yang sangat besar kepada kita semua makhluk tanpa perbedaan(diskriminasi).
Hidup manusia kadang redup, gelap sesaat seperti matahari yang tertutupi awan, atau malam hari bulan tidak terang tertutupi oleh awan gelap, semua adalah sementara adanya, setelah awan kembali pergi akan terang kembali, begitu kehidupan tidak selamanya dalam gelap atau kekurangan. Semua kondisi dualisme tersebut bisa dijadikan batu lompatan sarana penunjang bagi orang yang mau belajar dan memahami hidup, bahwa semua tidak kekal adanya, kita hanya meminjam yang palsu sebab-jodoh sementara ini untuk menemukan yang sejati, kekal abadi.
Kita bukanlah pemilik otoritas bumi ini, sadar dan pahami bahwa sepanjang jalan yang kita lalui, apakah yang menjadi milik kita sebenarnya, kita memiliki tubuh ini, tapi akhirnya juga akan meninggal, musnah, dan akan kembali ke asaln semula empat unsur yaitu air, angin, tanah, dan api.
Bumi dan semua sumber kekayaan di dalamnya adalah diciptakan Tuhan Semesta alam dan menjadi milik bersama, bukan milik orang tertentu. Termasuk keselamatan, kesehataan, kemuliaan, kasih alam di bumi ini adalah milik bersama, tidak boleh seorangpun merusak milik bersama tersebut, karena adanya hukum alam. Di ibaratkan kita berada di kapal besar yang sama namanya “Bumi”, bersama berada di kapal di tengah samudra tentulah harus saling menjaga, dengan prinsip semangat hidup bersama. Apabila ada yang coba merusak dan membuat bocornya kapal tersebut maka akan tenggelam bersama, semua terkena bencana dan musibah bersama.
Yang harus kita pahami saat ini, adalah bagaimana mengasihi dan mencintai alam sebagai berkah bersama dari Tuhan, kita juga mempunyai hak, kewajiban dan kesempatan yang sama, hilangkan pola pandang ego-diri untuk eksploitasi kekayaan sebesar-besarnya sebagai milik pribadi. Mari kita lihat jauh kedepan, semakin mengembangkan kasih Hati nurani tanpa keakuan lagi demi keselamatan dan terbebasnya dunia dari bencana-musibah akhir zaman, akhir dunia, dan akhir kehidupan.
Setiap saat kita dapat berkontak dan menjiwai Maha kasih dan Maha indah Tuhan, menjalin sebab-jodoh antar manusia dan semua orang termasuk makhluk Triloka. Bagaimana menjalin sebab-jodoh dalam misi akbar ini, di halaman Pusdiklat Maha Vihara Maitreya Pekanbaru, ada 12 pratima Maitreya dengan motif 12 Shio(zodiak binatang) terbuat dari batu marmer putih, yang bermakna bagi budaya masyarakat Tionghoa dunia, shio sesuai tanggal kelahiran seseorang maka ditetapkan dengan simbol 12 binatang, yaitu Tikus, Kerbau, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi. Kalau mau disamakan bahwa semua umat manusia mempunyai tanggal, bulan dan tahun lahir yang berbeda-beda, maka mereka mempunyai shio, zodiak karakteristik binatang yang melekat pada tubuhnya. Misalnya saya ber shio ular, diurutan ke 6 dari zodiak tersebut, banyak saudara kita di dunia yang bershio ular, artinya mereka sama-sama sebagai saudara dari Kasih Tuhan menganugerahkan roh kehidupan sama dengan tahun kelahiran dengan saya di tahun Ular, maka dikatakan sebab-jodoh hidup bersama, yang telah dilahirkan pada tahun yang sama.
Setiap orang mempunyai tugas dan misi yang sama di dunia ini yaitu bersama mewujudkan dunia yang harmonis, damai, bahagia dalam Dunia Satu Keluarga, dengan sebab-jodoh yang berbeda, kondisi berbeda, tetap mempunyai akal budi yang sama. Hidup yang selalu memberikan kebaikan kepada orang lain (sikap peduli altruis) tanpa mengharapkan balasan pahala atau kebaikan dari orang lain. Grand Master Wang Ci Guang, pendiri INLA, Senam Kasih Semesta mengatakan bahwa dengan berpedoman pada Keyakinan Akal Budi, Kita Bangun Keyakinan Bersama Warga Dunia, untuk mwwujudkan Dunia Satu Keluarga. Kita bisa belajar membantu manusia untuk melindungi hidupnya. Membantu manusia bagaimana selama hidup dapat menemukan kembali Sang Pokok Akar Semula, membantu manusia meniti jalan hidup yang akbar dan gemilang.
Merujuk ke Bumi bahwa perspektif Keyakinan Akal Budi dikatakan bagaimana mindset kita memandang alam semesta seperti pemandangan alam yang indah, seketika mata menjadi berbinar-binar, jiwa dipenuhi semangat baru, kerisauan pun sirna, hati pun menjadi tenang dan damai. Mentari yang terbit indah berseri di pagi hari dan terbenam dengan penuh pesona di kala senja, langit nan biru dan cerah, semarak awan putih yang terus berkelana ke segala penjuru, kabut yang melayang ringan menyapa permukaan bumi, pelangi nan molek, gunung kokoh yang menjulang tinggi, hamparan padang rumput nan hijau, pepohonan nan rindang dan hutan rimba nan teduh, sawah yang menguning keemasan, merdu kicauan burung, beraneka ragam bunga yang indah bermekaran, danau nan tenang, aliran sungai nan menggelora, kali yang jernih, samudra raya nan luas, gurun pasir yang tiada batas, kuda-kuda yang berpacu dengan penuh semangat, kerumunan sapi yang berjalan beriringan, burung- burung yang terbang bebas menari di langit, beraneka bentuk bebatuan nan indah dan gaib, barisan bukit nan putih kala salju datang menyelimuti, lembah permai nan tenang dan damai, sinar rembulan nan lembut, taburan bintang berkelap-kelip penuh gemerlap. Menyaksikan keindahan alam yang sungguh luar biasa mempesona, betapa bahagianya perasaan ini! Diri bagaikan kembali ke pangkuan Bunda Semesta.
Merujuk ke langit melalui pengetahuan astronomi, kita sebagai manusia semakin menyadari bahwa manusia sungguh sangat kecil di tengah jagad raya, bahkan kecil hingga tidak terlihat. Melihat galaksi-galaksi yang tiada batas, sebagai manusia kita hanya bisa berdecak kagum, tiada kata-kata yang mampu melukiskannya dan tiada yang mampu membayangkannya. Di kala diri berhadapan dengan keagungan jagad raya, tidak dibutuhkan lagi ucapan dan proses pembinaan diri untuk melepaskan keakuan, karena seketika itu juga sirnalah keakuan, keangkuhan, dan kesombongan. Seketika itu juga tercapailah kondisi hati yang sunya. Yang dimaksud dengan “Bersatu raga dengan sang sunya, hidup kekal abadi menyamai Sang Tiada Tara”, demikianlah pembinaan spiritual dan dhyana yang melampaui pengetahuan ajaran
Pada hakikatnya “Langit dan bumi satu sumber dengan diriku, laksa makhluk satu raga denganku”. Inilah kondisi “sunya”, watak Ilahiku yang sesungguhnya. Demikianlah, memahami dan mencintai keindahan serta kekayaan alam semesta semakin mengantarkan kita pada kebahagiaan.
Di saat kita berada dalam pelukan sang Bunda Semesta, maka lupalah semua keakuan diri ego-diri, urusan pribadi. Pada saat itu diriku dengan pohon, rumput, bunga, langit, sungai, telaga, gunung, angin, kicauan burung, adalah satu kesatuan. Sungguh bebas leluasa! Tiada beban! Inilah kehidupan mental dan spiritual yang kaya berlimpah.
Dikatakan Grand Master Wang Ci Guang bahwa semakin dalam keyakinan seseorang, maka ia akan semakin mampu bersyukur, menghormati, dan mengasihi segalanya; semakin tinggi keyakinan seseorang, maka ia akan semakin harmonis, ramah, serta berpadu dengan langit, bumi, manusia, dan semua makhluk; semakin luas keyakinan seseorang, maka ia akan semakin merendahkan hati, mengosongkan diri, dan mengembalikan jiwa-raga ke kosong tiada apapun. Sesungguhnya keyakinan merupakan panggilan kodrati manusia untuk kembali ke sumber asalnya. Karena dorongan panggilan inilah muncul kekuatan dalam diri manusia untuk mencari sumber akar hidupnya. Keyakinan juga merupakan panggilan dari lubuk hati terdalam umat manusia yang penuh keindahan yang mulia, sunya, dan bahagia. Demikianlah sesungguhnya keyakinan adalah sifat bawaan sejak lahir, dan bukan diperoleh dari luar diri. Oleh karenanya dikatakan bahwa keyakinan telah ada sebelum adanya ajaran-ajaran di dunia. Keyakinan telah ada dalam hati setiap umat manusia di dunia.
Merefleksi pada diri sendiri, untuk belajar dari alam langit-bumi, sudah berapa banyak ego-diri berkurang, langit-bumi adalah sang pemberi tanpa pamrih, dalam pribadi kita selalu mengharapkan pamrih, dalam kemelekatan, maka yang kita lakukan sudah berlawanan dengan alam, sama dengan menantang alam. Bagaimana membangun hidup dengan ketulusan dan kepolosan untuk melayani makhluk dan orang lain, membangun aura positif membantu orang lain, termasuk semua makhluk Triloka dikasihi. Inilah langkah terbaik dalam menjiwai maha kasih dan maha indah Tuhan Semesta.
Mari kita memulai dengan menjiwai maha kasih dan maha indah Tuhan dengan mengamalkan tiga keharmonisan, yaitu kegembiraan harmonis, kerukunan harmonis, dan kebersamaan harmonis, yang dimulai dari pribadi sendiri akur harmonis, kemudian kita kembangkan sampai kepada keluarga, masyarakat, negara, dan dunia harmonis. Terus belajar menjadi manifestasi pribadi yang maha indah dan maha kasih Tuhan, Para Buddha, Bodhisatva, dan Orang Suci, dengan memiliki jiwa kasih, perilaku kasih, dan senyuman kasih Maitreyani, dengan senantiasa memancarkan jiwa yang penuh keindahan mulia, sunya, dan bahagia.
Meneladani pribadi Langit-bumi, belajar dari langit-bumi yang telah memberikan pelayanan kepada umat manusia dan semua makhluk, langit-bumi adalah lambang ketulusan hati yang sebenarnya, alami, dan lugu polos. Dapat meneladani dan memahami langit-bumi adalah pribadi Buddha, Bodhisatva, dan orang Suci zaman dahulu dengan melihat langit-bumi telah bisa menginsafi diri sendiri mencapai pencerahan. Seperti Buddha Sakyamuni dengan melihat Bintang Timur mencapai pencerahan.
Master Zen, Yung Chia Hsuan Chueh (665-713) pada 1307 tahun lalu menulis dalam Senandung Pencerahan, Bulan bersinar di atas sungai, angin dingin sepoi-sepoi mengoyang pucuk cemara. Apa yang dapat dilakukan di suatu malam panjang yang indah? Hakikat Kebuddhaan dan permata sila tersimpan dalam landasan pikiran(mind-ground). Kabut, embun serta awan jambu sekarang menjadi pakaianku. Seorang yang mencapai pencerahan senantiasa mengumpamakan langit-bumi sebagai kiasannya, karena langit bumi sebagai keteladanan orang suci.
Kita bisa hidup dengan keharmonisan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, alami belajar dengan alam (langit-bumi), berbuat tanpa mengharapkan pamrih, terus memberi dan berbagi secara alamiah. Mari perbaiki dengan berusaha mendaur ulang pola pandang yang salah menjadi benar, ikuti dan pahami Maha Kasih, Maha Indah alam semesta, hukum alamiah ini. Semoga semua makhluk berbahagia.
*)Sonika, dosen STAB Maitreyawira dan Universitas Riau(Unri) Pekanbaru.
In Memoriam(1) Mengenang Mp.prajnasutta Penyampai “kebenaran Suara Nurani” Umat Manusia20 July 2024 (3 months ago)
|
Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 315 May 2024 (5 months ago)
|
Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 213 May 2024 (5 months ago)
|
Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis, Dan Bahagia*) - Bagian 111 May 2024 (5 months ago)
|
Dunia Satu Keluarga - Oleh Rida Jelita04 December 2023 (10 months ago) SEMANGAT DUNIA SATU KELUARGA OLEH : RIDA JELITA Berbicara Dunia S... |
Ulambana; Tradisi Ritual Cit Gwee Pua (kisah Bhiksu Mogallana Menolong Ibunya)29 August 2023 (1 year ago)
|
Pahlawan Eco Enzyme Adalah Guru Dhamma “dapur Yang Baik, Bukan Dapur Yang Beracun”.21 July 2023 (1 year ago)
|
Memaknai Tahun Baru Lunar Kalender “imlek” *)25 January 2022 (2 years ago) Makna Perayaan Budaya Tionghoa Dalam sejarah Tionghoa dunia... |
Refleksi Kesadaran Nurani : Kesadaran Bersama Membangkitkan Semangat Kehidupan25 September 2021 (3 years ago)
|
Dengan Kearifan Dan Kasih Menghadapi Pandemi Covid-19 (2)16 July 2021 (3 years ago) DENGAN KEARIFAN DAN KASIH MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 (2) Melaksana... |
Dengan Kearifan Dan Kasih Menghadapi Pandemi Covid-19 (1)16 July 2021 (3 years ago) DENGAN KEARIFAN DAN KASIH MENGHADAPI PANDEMI COVID-19 (1) Kehidupan m... |
Lima Elemen,lima Budi, Dan Lima Sila Dalam Kehidupan Manusia21 May 2020 (4 years ago) “Lima elemen,Lima Budi ,dan Lima Sila yang bisa di pahami oleh o... |
Renungan Dan Doa Waisak 2564/202007 May 2020 (4 years ago) Namo Sakyamuni Buddhaya Namo Maitreya Buddhaya Salam Kasih dan Keind... |
Refleksi Waisak 2564/202006 May 2020 (4 years ago) Penulis : Sonika, S.E.,S.Ag.,M.Pd., Dosen Tetap STAB Maitreyawira dan ... |
Berkah Waisaka30 May 2019 (5 years ago) Setiap tahun umat Buddha memperingati Tri Suci Waisak dengan penuh hik... |
Bencana Tak Berpintu29 September 2018 (6 years ago) Ibu Pertiwi Berduka, Indonesia benar-benar berduka dengan datangnya be... |
Dhammaniyama Sebagai Fenomena Alam “cosmical Body Of The Lord”29 September 2018 (6 years ago) Kita pernah menyaksikan Gerhana Matahari Total pada 9 Maret 2016... |
Dharma Bagai Cermin Hidup20 September 2018 (6 years ago) “Segala sesuatu adalah tidak kekal. Berusahalah dengan sungguh-s... |